Tanpa Kekasih
Setelah genap sebulan aku jadian dengan
Bayu, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah
menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah segalanya
bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat
ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah
kebahagiaan.
Telah
sekian lama aku merasa
menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tinggal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.
menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tinggal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.
“Hei
Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..”
“Halo
Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Ela,
kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya
sayang.”
“Kamu
ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?” “Nggak, maksud aku yah kamu jangan
macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren,
ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha....
ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di kampus ini,
nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”
“Hei,
kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Bayu,
kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman
dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama
Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya
Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan
selama ini.”
Satu
hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh
cowok-cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling
takut Bayu yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya,
dan cintanya hilang untukku. Bayu sekarang kerja di salah satu perusahaan asing
terkemuka di kota ini, sebagai cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama,
dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena Bayu punya segalanya,
dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun
takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik
dariku, lebih sederajat dengan dia.
Bayu
menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang
tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah
toko buku, Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu
sudah pernah dibacanya dan sekarang dia ingin aku juga membaca buku itu.
Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu langsung menyerahkannya padaku. Aku
kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang
tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang
kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.
“Bayu,
kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?” “Ela, aku pengen banget kamu baca buku
ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu
cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang mencintai
kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca
buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama
aku, he-he... he-he ...”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”
“Eh,
benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi
deh kayak dulu.”
“Bayu!!
Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan
senang yah kalau kita musuhan lagi.”
Bayu
aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan
malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian.
Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa
terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan
kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang
Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan
lagi kalau aku bersama Bayu, saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia
merasakan cintaku besar untuknya.
Sambil
mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Bayu
seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan
akhirnya bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya
goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa
dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha
untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku
melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia
seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur di jalan,
perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi
orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku
nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan.
“Ela,
kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.” Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti
orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar,
selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku.
“Ma,
Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?”
“Ela,
nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.”
“Nggak
Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia
Ma?”
“Ela,
luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu
ngerasain sakit.”
“Ma,
Ela nggak ngerasa sakit, beneran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat dan kuat
Ma, sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia butuhin Ela
banget.”
“Ela,
saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang
di sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga
dia di sana.”
“Apa?
Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak
mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah ninggalin
Ela, dia sayang Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak mungkin....
Teriakanku
membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi
aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster
baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan. “Tolong
jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku
nggak rela, aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal
dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Bayu bohong,
kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia nggak akan pernah
kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku Bayu?”
“Ela,
ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah
sama Bayu sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang Bayu udah bahagia di sana.” “Ma,
kenapa justru Bayu, kenapa buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma, menggantikan
Bayu, karena Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia
sekarang, Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa
dia, percuma Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada arti
apa-apa.”
Dengan
cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku
tertidur, di alam mimpi Bayu datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih
Bayu tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali,
seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia,
melihat Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama
dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha
memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku,
kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku
kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan
dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari
penglihatanku.
Saat
aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada
kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang
dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan
membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi
orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali
lagi.
Tiba-tiba
mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah
buku yang dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu,
beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca
buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Bayu tersenyum di langit yang
mendung di luar sana.
Entah
kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang
diberikan oleh Bayu, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku,
menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat
mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu
sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku,
kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri
cintaku.
oooOooo
by. ekhi03090775
Tidak ada komentar:
Posting Komentar