Biarkan Cinta
Tumbuh Di Hati
Indie
selalu bersikap cuek dan jaim bila melihat Bamby yang sikapnya sedikit pemalu,
cuek, tapi manis. Dia bisa dibilang cowok kategori
idaman di sekolah. Dalam sikapnya yang jaim, hati Indie selalu berbunga-bunga
bila melihat si Bamby. Ya, itulah Indie, si miss jaim yang sok bete plus
nyebelin.
“Guys...tau
gak? Kalo si Bamby yang mantannya lo itu In, udah putus sama adik kelas kita itu,
siapa lagi kalo bukan Chelsea yang sedikit keturun bule itu”. Dengan
terengah-engah dan melirik Indie, Indie pun menjelaskan dengan jaim. ”Emangnya
gue pikirin, dia putus atau nggak, nggak penting banget deh!! Ya nggak sobat,
EGP, Emang gue pikirin gitu loch? ha ha ha...”, tawanya bersama Maya dan Dewi.
“Jangan
sok munafik deh In, padahal lo senangkan Bamby putus ama Chelsea?”
cetus Aysi kesal.
“Ay,
nggak mungkin gue senang atau suka sama Bamby, dia itu kan kurus, tinggi, culun
lagi, trus jelek, idiiih... amit-amit deh gue suka lagi sama dia, gue benci
sama dia“, kata Indie dengan pedenya dan sedikit emosi.
“Duuuh...lo
itu gimana sih In, belum tentukan Bemby putus sama Chelsea trus dia mau balikan
sama lo lagi, paling dia tambah bete lihat lo, jangan
sok jaim deh lo!” cetusnya sambil tersenyum.
Bel
berbunyi dan tidak ada lagi di luar kelas dan melanjutkan pelajaran, dan tidak
terasa bel istirahat pun berbunyi. Indie duduk sendiri dan tiba-tiba Indie
mendengar suara teriakan dari kejauhan sana memanggilnya.
“In,
Indie!!” Indie pun spontan terkejut ternyata memanggil dirinya. Indie segera
melihat ke samping kiri, ”gila In, gila!!“ ucap Maya sambil terengah-engah.
”Kenapa
May?” tanya Indie heran. ”Sini ...
lihat tu si Bamby main basket, keren benget ya?“ kata Maya antusias.
lihat tu si Bamby main basket, keren benget ya?“ kata Maya antusias.
Mata
Indie langsung tertuju ke lapangan basket dan terpaku pada sosok Bamby yang
sedang mendribble bola dan melakukan shoot tiga kali dengan pasti, Indiepun
tersadar dari tatapan matanya, langsung menggantikan sosok dirinya yang jaim.
“Ooh”,
ucap Indie datar dan bersikap secuek mungkin. ”In, lo beneran nggak suka sama
Bamby. Dia itukan keren trus pintar lagi!” puji Maya geram.
“Emang
gue harus suka sama Bemby?” katanya sinis. Di antara percakapan itu, Mery
datang dan memotong pembicaraan mereka. ”Heey berdua aja nich,
ikutan dong! Oya, aku suntuk nich?”. ”Lalu”? tanya Indie singkat. ”Ya seperi
biasa, main tebak-tebakan, harus mau ya... ya... ya...?” paksa Mery kepada Maya
dan Indie. ”Kenapa anjing kalau di panggil selalu menggoyangkan ekornya?” tanya
Mery kepada Maya dan Indie. Indie pun langsung menjawab, ”ya iyalah, nggak
mungkinkan kepalanya yang goyang-goyang, ntar disangka anjing gaul, ajep-ajep
lagi”.
“Salah!!!” ucap Maya singkat.
”Loh
kok gitu, kan benar May?” balas Indie protes. ”Indie, ini kan teka teki gue,
jadi terserah gue dong mana yang benar atau salah, gimana sih?” jawabnya
sedikit dingin. ”Nah sekarang giliran lo May?” ucap Indie.
”Kalau
gue sih, ya nggak mungkin anjing dipanggil, perutnya yang goyang, berarti
anjing kelaparan, Busung Lapar” jawabnya cetus.
Indie,
Maya dan Mery tertawa dan Mery pun menjawabnya.”Lo..lo pada begok yah? Karena
kalo anjingnya goyang pinggul ntar di kira Inul, ha..ha..!!” tawanya bersama
Maya dan Indie.
”Uuuh...payah lo Mer? udahan yuk, mendingan kita masuk kelas, lagian permainan basketnya pun selesai”, ajak Maya. Mereka pun langsung masuk dan meninggalkan tempat itu.
Permainanpun
tampak selesai, Bemby lewat di depan kelas Indie, namun semua berjalan dengan
lancar. Bel pulangpun berbunyi. Indie dan temannya berjalan menuju pintu
gerbang dan tiba-tiba Bamby datang menghalang langkah mereka dan berhenti tepat
di depan mereka. Mereka terdiam dan Bamby pun berkata, ”kenapa lo tadi
lihat-lihat gue, sewaktu gue main basket? Naksir ya sama gue?” tanya Bemby dengan
penuh canda, dan langsung membelokkan motornya dan meninggalkan mereka.
Maya,
Indie dan Mery sontak saling berhadapan dan langsung meledek Indie. ”Ooo...kamu
katahuan liatin Bamby lagi main basket, ha.. ha..”, Maya bernyanyi dengan suara
sedikit palles dan semuanya tertawa. Indie langsung memotong sendirannya itu.
”Duuh..lo nggak usah nyanyi deh May, palles suara lo tu didengar, jadi mending
lo diam aja, tau!!”.
“Ketemu
di jalan sambil minum jamu, kacian deh kamu,” ledek si Aysi kepada Indie.
”Aduh..kalian ini selalu dan selalu saja meledek Indie, mendingan lo.. lo.. semua main tebak-tebakkan sama gue, pasti nggak bakalan bete”. Saran Mery yang semangat, merekapun tanpa pikir panjang langsung main tebak-tebakkan sambil jalan menuju ke rumah mereka masing-masing. Mery pun memberi pertanyaan di sepanjang jalan. ”Ni ya, kenapa tukang bakso kalo dagang suka mukul piringnya?” Aysi tidak mau kalah, langsung menjawab.
”Aduh..kalian ini selalu dan selalu saja meledek Indie, mendingan lo.. lo.. semua main tebak-tebakkan sama gue, pasti nggak bakalan bete”. Saran Mery yang semangat, merekapun tanpa pikir panjang langsung main tebak-tebakkan sambil jalan menuju ke rumah mereka masing-masing. Mery pun memberi pertanyaan di sepanjang jalan. ”Ni ya, kenapa tukang bakso kalo dagang suka mukul piringnya?” Aysi tidak mau kalah, langsung menjawab.
“Ya
iyalah, nggak mungkin kan dia mukulin bedug, ntar di sangka lebaran lagi”,
jawab Indie.
”Nah
itu baru benar, tumben lo bisa jawab teka teki gue? Biasanya ngelantur”,
pujinya sedikit heran.
”Ya suka-suka gue dong yang jawabkan gue bukan lo, gimana sih, secara?” ucapnya cetus. Mery, Maya dan Aysi langsung tersenyum. Mayapun ngeledek Indie, ”ya iyalah Indie nyambung soalnya udah kalah sama Bemby, sok jaim, duh kacian sohib kita ni ha..ha..!” tawanya Mery dan Aysi.
”Ya suka-suka gue dong yang jawabkan gue bukan lo, gimana sih, secara?” ucapnya cetus. Mery, Maya dan Aysi langsung tersenyum. Mayapun ngeledek Indie, ”ya iyalah Indie nyambung soalnya udah kalah sama Bemby, sok jaim, duh kacian sohib kita ni ha..ha..!” tawanya Mery dan Aysi.
Keesokkan
harinya di sekolah Aysi lewat di depan kelas Bamby dan Bamby pun memanggil
Aysi. ”Aysi, gue mau ngomong ama kamu, si Indie itu sudah punya coeok baru
ya?”, tanya Bamby sedikit ragu.
”Ee..kayaknya
nggak tau tuh.. emang kenapa Bam? Lo suka ya sama dia lagi?”, tanyanya ingin
tau.
“Eem,
sebenarnya iya, gue suka sama dia, tapi gue ragu, ntar dia nolak gue, karena
dulu gue pernah nyakitin hatinya. Lo mau ggak nolongin gue untuk bisa balikan
lagi dengan Indie”, ungkap Bamby serius.
”Nggak
pasti ya bisa bantu lo, masalahnya Indie itu sok jaim , tapi lo cowok yang
jentelmen, gimana sih?”, singgung Aysi dan langsung meninggalkan Bamby,
sementara Bamby hanya terdiam dan malu. Aysipun ke kelas dan menyamperin Indie
yang lagi melamun dan mengejutkannya. ”Eh..elo Ay, ngejutin aja!!”, ucapnya
sinis.
”Maap
deh maap, abisnya sih, pag-pagi buta gini lo melamun, ntar kesambet lo!”,
ucapnya ledekin Indie dan sambil tersemyum.
”Ee..iya gue lupa, In, sebenarnya Bamby
suka sama lo lagi, apa lo bakalan terima dia?” tanya Aysi serius.
“Eee.. iya nggaklah. Gue nggak bakalan
terima dia, tau sendirilah dia itu kan? Ay, maksud lo apaan sih? Lo itu bukan
kasih saran ke gue, tapi lo?”, sambil menangis dan menahan emosinya dan
meninggalkan Aysi. Aysi tidak sempat mengejar Indie dan berbicara sebentar.
”In, lo jangan salah paham dulu, maksud gue itu, gue nggak mau lo disakitin
sama Bamby, ntar mentang-mentang dia abang kelas kita, dia seenaknya nyakitin
lo, mempermainkan lo sesuka hatinya aja”, jelas Aysi kepada Indie.
Love Miss Jaim
Indie pun hanya terdiam dan menahan
tangisannya dan melepaskan tangannnya dari Aysi. Mery dan Maya pun mendatangi
Aysi.
”Lo apain Indie Ay, kok tampang Indie
sedih dan muram begitu setelah ngomong sama lo tadi,” tanya Maya dan Meri.
”Ya habisnya gue kesal banget sama dia,
gue udah tau kok kalau Indie tadi itu tersinggung dan dia juga pernah bilang ke
gue kalau dia benci, nggak suka sama Bamby yang katanya jelek, culun, kurus
tinggi”, aku Aysi.
Sambil menghapus air mata Indie dan
teman-temannya berjalan ke kelas. Tanpa disadari teman-teman Indie dan teman-teman
Bamby asik bercakap-cakap di depan kelas Indie. Sebelum Indie tambah malu,
Indie pun mengambil jalan mundur tujuh langkah, sewaktu Indie melangkah
tiba-tiba seseorang memegang bahunya dan Indie pun terkejut dan langsung
berbalik arah. Ternyata yang memegang bahunya adalah Bamby. Indie bingung dan
pura-pura menggaruk kepalanya dan berkata dalam hati ”duh kenapa tambah gawat
aja ini? mimpi apa ya gue tadi malam?”.
Tanpa pikir panjang Indie berlari dan
cengar cengir, spontan Bamby memanggil Indie, ”Indie tunggu dulu”. Indie pun
balik ke tempat tadi, ”ada apa?” dengan muka jaim dan sedikit grogi. ”Ee..gue
udah tau kok semua sikap lo ke gue,” ucapnya salah tingkah.
”Ee..
beb... emmm kita basic to basic aja? sorry banget gue udah?” ungkap Indie
sedikit kacau (berkata) terbata-bata dan Bamby pun memotong pembicaraan Indie
dan menggodanya. ”Mau jadi Miss jaim lagi nih ceritanya?
“What?” jawab Indie
memalingkan mukanya.
”Gue tunggu ya di
gerbang, Bye miss jaim”, kata Bamby dengan ceria sambil melambaikan tangannya
dan mengedipkan matanya. Dalam hati Bamby mengatakan” peaces.. peaces...”
sambil mengacungkan jari lima tangannnya. Indie pun berdiri terpaku menatap
punggung Bemby yang semakin jauh. ”Ini bukan mimpi kan? Bamby dia....? sambil
tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju kelas dan tidak berhenti tersenyum,
merasa keajaiban ini. ”Terima kasih tuhan”, ungkap Indie dalam hati.
by. ekhi03090775